Space Mediaworks – Ketika membicarakan profesi desainer grafis, maka sebagian orang mungkin akan memikirkan sejumlah nama-nama perangkat lunak (software) komputer. Sebut saja misalnya Adobe Illustrator, Corel Draw, Adobe Photoshop atau Adobe InDesign. Belum lagi software pendukung lainnya untuk keperluan editing video seperti Adobe Premier, Adobe After Effects atau bahkan lebih ‘ekstrim’ lagi software web programming seperti HTML atau PHP, dan lainnya.
Memang tidak ada salahnya untuk mempelajari bahkan mempraktikkan berbagai macam software yang banyak beredar di pasaran. Lagipula, beberapa aplikasi tersebut mungkin saja membantu desainer grafis dalam melakukan pekerjaannya. Belum lagi, tuntutan perusahaan yang kadangkala mengharuskan desainer untuk menguasai banyak program komputer.
Di satu sisi, kemampuan dalam menggunakan banyak software menjadi nilai lebih tersendiri. Namun di sisi lain, apabila tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang aspek-aspek desain maka hasil karya yang dihasilkan mungkin saja kurang memenuhi kaidah estetika. Sekali lagi, program komputer adalah alat yang membantu desainer dalam menyelesaikan pekerjaannya. Di luar itu, ada sejumlah aspek yang menjadi pertimbangan dalam mewujudkan desain bermutu.
Aspek Estetika
Untuk mengukur apakah sebuah karya itu memenuhi kaidah estetika atau belum, kita bisa mengacu pada prinsip-prinsip desain. Terdapat lima desain yang harus diterapkan oleh setiap desainer termasuk penekanan (emphasis), kesatuan (unity), proporsi, ritme (rhytm), dan keseimbangan (balance). Kelima prinsip desain itu menjadi patokan desainer dalam mengerjakan setiap desain agar karya yang dihasilkan benar-benar berkualitas tinggi.
Untuk menerapkan prinsip-prinsip desain dengan baik, maka desainer perlu melatih kepekaan visual dan intuisi kreatifnya. Karena seringkali, keputusan desainer dalam memilih komposisi bentuk, warna, huruf atau tata letak banyak dipengaruhi oleh naluri alamiahnya. Selain itu, naluri dalam mendesain bisa juga dipengaruhi oleh preferensi yang dimilikinya. Semakin banyak referensi dan dalam wawasannya, maka desainer akan merasa lebih yakin dan percaya diri dengan pilihannya.
Kebutuhan Konsumen
Di samping itu, desainer perlu membekali diri dengan kemampuan untuk meraba selera dan keinginan konsumen yang bervariasi. Satu klien mungkin lebih suka warna-warna kalem sementara klien yang lain lebih memilih warna-warna yang cerah. Di sinilah desainer grafis diuji keterampilannya dalam menyesuaikan keinginan klien.
Memang itu mudah karena bisa saja klien tidak cocok setelah desain jadi. Oleh sebab itu, sesi konsultasi yang dilakukan di awal menjadi penting karena banyak klien yang memberikan brief tidak jelas yang kemungkinan besar membuat desainer grafis kebingungan. Sesi konsultasi yang merupakan bagian penting dari tahapan desain seringkali dilewatkan dengan alasan keterbatasan waktu. Klien juga diharapkan bisa memberikan gambaran atau petunjuk yang jelas tentang apa yang dikehendaki agar desain yang dihasilkan memenuhi ekspektasi.
Sampai di sini, kita bisa memahami bahwa tidak semua hal bisa dilakukan dengan komputer. Karena komputer adalah perangkat yang dibutuhkan untuk memvisualisasikan gagasan dan ide-ide. Selebihnya, yang menentukan kualitas karya adalah kreativitas dan inovasi sang desainer itu sendiri.